Jumat, 04 Juli 2025

Misteri Nama Fatagar di Ethiopia dan Papua

Catt: Raja Kerajaan Fatagar Taufiq Heru Uswanas, putera Raja Said Arobi Uswanas, yang meninggal 26-12-2009.

Raja baru Fatagar dilantik pada tanggal 31-12-2009 habis 7 hari berkabung.


Di dua belahan dunia yang jauh, terdapat dua wilayah yang sama-sama pernah memiliki nama Fatagar. Satu berada di Ethiopia, tepatnya di kawasan tenggara negeri itu, dan satunya lagi terletak di Fakfak, Papua Barat. Meski dipisahkan ribuan kilometer dan lautan luas, nama yang serupa ini memunculkan tanda tanya di kalangan sejarawan dan pemerhati budaya maritim tentang kemungkinan keterhubungan keduanya di masa lalu.

Di Ethiopia, Kesultanan Fatagar merupakan salah satu kerajaan Muslim yang berjaya di abad ke-14 hingga ke-16. Wilayah ini dikenal sebagai sekutu penting Kesultanan Ifat, dan menjadi jalur penting dalam konflik besar melawan Kekaisaran Ethiopia. Nama Fatagar berkali-kali muncul dalam kronik perang antara pasukan Ahmad Gragn dan Dinasti Solomonic. Kawasan ini berada di tenggara Ethiopia, berdekatan dengan pusat perdagangan dan pelabuhan Laut Merah.

Sementara itu di Papua Barat, Kerajaan Fatagar berdiri di wilayah Fakfak, sebuah semenanjung di pesisir selatan Papua. Seperti dicatat Kompas.com, kerajaan ini lahir dari proses akulturasi panjang antara budaya asli Papua dan pengaruh Islam dari Maluku dan Kesultanan Tidore. Masuknya Islam ke Papua pesisir barat dimulai sejak abad ke-15 hingga 16, melalui jalur perdagangan rempah dan migrasi pelaut dari Maluku, Sulawesi, hingga ke Ternate dan Tidore.

Kesamaan nama ini menjadi menarik saat mengaitkannya dengan sejarah pelayaran maritim kuno Nusantara, khususnya Sriwijaya. Sebagai kekuatan pelaut yang pernah menguasai jalur perdagangan Asia Tenggara hingga Samudra Hindia, kapal-kapal Sriwijaya sudah dikenal berlayar ke pantai timur Afrika. Bukti hubungan dagang antara Nusantara dan Afrika Timur tercatat di beberapa sumber Arab dan Tiongkok abad ke-7 hingga ke-14.

Kemungkinan kuat bahwa dalam jaringan pelayaran dan perdagangan rempah yang membentang dari Selat Malaka, Maluku, hingga Zanzibar dan Mogadishu, istilah atau nama “Fatagar” bisa saja terbawa melalui interaksi budaya antar pelaut dan pedagang. Nama itu bisa bermakna lokal di satu wilayah lalu diadopsi di tempat lain melalui jalur dagang dan diaspora pelaut Muslim Asia Tenggara.

Kajian awal tentang asal-usul nama Fatagar di Ethiopia menunjukkan bahwa istilah tersebut berasal dari istilah dalam bahasa lokal Afroasiatik yang berarti “daerah dataran tinggi subur” atau “tanah pedalaman yang makmur.” Dalam konteks Kesultanan Fatagar, wilayah ini memang dikenal subur dan strategis di antara kerajaan Muslim lain seperti Ifat, Adal, dan Dawaro.

Di sisi lain, dalam bahasa lokal Papua di Fakfak, nama Fatagar belum memiliki makna yang jelas. Namun, mengingat kuatnya pengaruh Islam dan adat Maluku di kawasan Fakfak, bisa jadi nama itu diadopsi atau diberi oleh pelaut atau ulama asal Maluku atau lebih jauh lagi dari pelayaran Nusantara yang dulu pernah bersentuhan dengan kawasan pantai timur Afrika. Fakfak dikenal sebagai salah satu pusat awal Islam di Papua.

Bila ditinjau dari urutan sejarah, kemungkinan besar Fatagar di Ethiopia sudah lebih dahulu eksis. Catatan tertua tentang Kesultanan Fatagar di Ethiopia sudah ada sejak abad ke-13 dan mencapai puncaknya di abad ke-16 saat perang besar dengan Kekaisaran Ethiopia terjadi. Sementara Kerajaan Fatagar di Papua baru dikenal dalam naskah-naskah lisan dan tradisi makam tua di Fakfak sejak abad ke-16 ke atas.

Namun, bukan mustahil bila pelaut dari kawasan Nusantara yang sudah aktif di Samudra Hindia sejak era Sriwijaya membawa nama-nama tempat dari Afrika ke Asia Tenggara. Seperti halnya kisah Afrika Selatan yang punya Teluk “Natal” karena pelaut Portugis tiba di sana saat Natal, penamaan wilayah-wilayah oleh pelaut sering kali mengikuti kenangan perjalanan atau asal wilayah rekan dagangnya.

Beberapa sejarawan maritim Nusantara bahkan berpendapat bahwa interaksi pelaut Nusantara dengan Afrika Timur mencapai puncaknya di era Sriwijaya dan Majapahit. Catatan Tiongkok zaman Dinasti Tang dan Song menyebut kapal-kapal dari Shilifoshi (Sriwijaya) dan Jawa mendarat di pesisir Zanzibar dan Mogadishu. Dari hubungan itulah istilah atau nama seperti Fatagar bisa ikut terbawa.

Jejak pengaruh pelaut Nusantara di pantai timur Afrika bukan hal asing. Di sepanjang pesisir Kenya, Tanzania, dan Zanzibar, terdapat beberapa toponimi dan istilah laut yang diduga berasal dari istilah Austronesia. Budaya perahu cadik dan motif ukiran kayu di sana memperlihatkan kemiripan dengan seni maritim Nusantara. Bisa jadi, nama Fatagar termasuk sisa dari era itu.

Sementara di Fakfak sendiri, pengaruh Kesultanan Tidore sangat kuat sejak abad ke-16. Kesultanan Tidore pernah menempatkan tokoh-tokoh adat di semenanjung Onin, dan Islam masuk melalui jaringan pedagang rempah yang berkiblat ke Maluku. Dalam proses itu, nama Fatagar bisa jadi diperkenalkan atau disematkan oleh pelaut Muslim yang punya koneksi jauh hingga ke jalur perdagangan Afrika.

Maka, hipotesis yang cukup masuk akal adalah bahwa nama Fatagar di Papua muncul setelah era Fatagar di Ethiopia. Nama itu mungkin diadopsi melalui interaksi pelaut Nusantara dengan pedagang Muslim Afrika Timur, atau diwariskan melalui budaya pelaut Maluku yang telah lama berlayar ke Samudra Hindia.

Sejauh ini memang belum ada bukti arkeologi atau dokumen tertulis yang langsung menghubungkan kedua wilayah tersebut. Namun kemiripan nama, kesamaan jejak Islamisasi pesisir, dan posisi keduanya di jalur perdagangan rempah Samudra Hindia membuat dugaan adanya hubungan budaya ini layak diteliti lebih lanjut oleh sejarawan maritim dan ahli linguistik Austronesia.

Jika benar bahwa nama Fatagar di Papua merupakan warisan nama dari Afrika Timur, ini akan menjadi bukti tambahan betapa luasnya jangkauan pelayaran Nusantara kuno. Sekaligus memperkuat teori bahwa Samudra Hindia sejak abad ke-7 hingga ke-16 adalah jalur terbuka yang menghubungkan Nusantara, India, Arab, dan Afrika dalam satu komunitas dagang lintas benua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

See

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *